Kehidupan yang aku jalani hari ini adalah kehidupan yang aku hindari 10 sampai 15 tahun yang lalu. Meski begitu aku tetap berusaha menjalaninya dengan beban luka batin yang sudah menghantuiku selama belasan tahun.
Dulu saat masih SMP aku sadar bahwa aku lemah dalam hal akademik, Jadi aku harus berfikir untuk melakukan sesuatu yang harus aku lakukan agar bisa bertahan hidup dimasa depan. Lalu aku melihat potensi yang ada didalam diriku.
Kira – kira potensi apa yang bisa aku manfaatkan untuk bertahan hidup dimasa depan. Dan pilihan itu jatuh pada bidang olahraga. Selain aku sangat menyukai kegiatan ini, Aku juga memiliki sedikit bakat pada bidang ini.
![]() |
Terkadang Luka Batin Itu Hilang Saat Menikmati Senja |
Alhamdulillah, Aku memiliki tubuh yang ringan dan membuatku mampu berlari lebih kencang dibandingkan orang lain. Selain itu aku juga lincah dan tangkas, Jadi saat itu aku sering menjadi target saat sedang bermain kejar – kejaran bersama teman – teman.
Hasilnya, Sering kali aku tidak pernah tertangkap sama sekali. Dan tentu saja itu membuat teman – temanku sangat kesal. Aku juga pernah meraih nilai kedua tertinggi dalam bidang olahraga saat praktek salto.
Menurut guru olahragaku saat itu, Gerakan salto yang aku lakukan cukup Istimewa. Meskipun begitu, Orang tuaku tetap tidak perduli dan bangga dengan hal itu. karna mereka menilai bahwa itu bukanlah sesuatu yang membanggakan.
Nilai Akademik Yang Buruk Membuat Masa Kecilku Menderita
Orang tua ku sangat berkonsentrasi pada bidang akademik, Dimana bidang itu adalah kelemahan terbesarku. Jadi apapun yang aku lakukan itu harus bedampak pada bidang akademik, Bila tidak maka biasanya aku akan mendapatkan omelan.
Bisa dibilang masa kecilku cukup menderita karna tidak sanggup memenuhi espektasi orang tua dalam bidang akademik. Sebenarnya espektasi orang tua ku tidak terlalu tinggi, Hanya sekedar cukup untuk naik kelas.
Entah aku yang telalu bodoh atau memang pelajarannya yang terlalu sulit, Aku tetap tidak bisa memenuhi espektasi tersebut. Nilai pelajaranku sering kali mengecewakan, Orang tuaku sedih lalu setelah itu memarahiku.
![]() |
Sudah Memaafkan Tetapi Melupakan Adalah Hal Yang Berbeda |
Entah sudah berapa banyak air mata ibuku yang tertumpah hanya karna melihat nilai ulanganku yang buruk. aku sendiri juga bingung kenapa itu bisa terjadi. Tidak peduli seberapa lama dan banyak aku belajar, Hasilnya akan sama saja.
Itulah sebabnya bila hasil ulangan sudah dibagikan, Maka itu akan menjadi terror bagiku. Hal yang tidak mengenakkan akan segera terjadi dirumah. Dimana aku harus belajar terus menerus dan tidak boleh mengeluh.
Pengalaman Pahit Dan Batin Yang Menangis
Pernah suatu ketika teman – teman sebayaku di dekat rumah mengajakku bermain. Tetapi karna nilai ulanganku yang buruk maka aku tidak diperbolehkan untuk bermain. Meskipun begitu, Teman – temanku itu tetap bermain tanpa diriku.
Sebenarnya itu tidak jadi masalah bagiku, Tetapi yang membuat batinku menangis saat itu adalah mereka bermain kejar – kejaran di depan rumahku dengan suara tawa yang keras. Sedangkan aku dipaksa duduk dikursi sambil mengerjakan soal.
Aku bisa mendengar suara keceriaan mereka dengan sangat jelas dari dalam kamarku. Tetapi aku tidak bisa ikut bergembira bersama mereka. Karna saat itu aku dipaksa untuk terus belajar didalam kamar.
Peristiwa menyakitkan seperti ini seringkali terjadi dalam hidupku, Terutama ketika hasil ulangan sudah dibagikan. Nilai – nilai yang buruk tentu membuat orang tuaku murka dan membuat hidupku saat itu sangat menderita.
Hanya Berfikir Untuk Bermain Saja Sudah Dilarang
Suatu ketika aku sedang melamun karna bosan, karna memang sarana bermainku sangat terbatas. Bisa dibilang saat itu aku membutuhkan mainan baru atau sarana bermain yang baru agar tidak bosan.
Maklum, Aku termasuk bocah yang jarang dibelikan mainan. Bila aku meminta mainan yang mahal, maka orang tuaku akan berkata “Gak punya Uang”. Tetapi bila aku meminta mainan yang murah, Maka orang tuaku akan berkata “Itu maiananya cepet rusak”.
![]() |
Seringkali Olahraga Fisik Menjadi Obat Untuk Menghapus Luka Batin |
Ditengah lamunanku, Ibuku datang menghampiri dan menegurku. Beliau bertanya, “Apa yang sedang kamu pikirkan ?”. Aku menjawabnya hanya dengan menggelengkan kepala karna takut dimarahi.
Ibu pun memaksaku untuk menjawabnya, Hingga akhirnya aku menjawab “Aku hanya berfikir abis makan ini, kira – kira mau main apa ya ?”. Seketika ibuku marah karna yang ada dipikiranku hanya main, Bukannya berfikir untuk memperbaiki nilai – nilai akademik ku yang buruk.
Peristiwa itupun menempel begitu detail dan mendalam diingatanku. Bahkan aku juga masih mengingat bahwa saat itu aku sedang menghabiskan makanan sambil duduk dikursi ruang tamu.
Sepertinya peristiwa itu tidak akan bisa aku lupakan hingga nafas terakhirku. Dan sejak kejadian itu, aku berfikir bahwa bermain adalah kegiatanku yang paling dibenci oleh orang tuaku. Mungkin itulah sebabnya aku jarang dibelikan mainan.
Dipandang Sebelah Mata
Meskipun aku sangat mengecewakan dalam bidang akademik, tetapi dibidang lain aku tetap bisa memperlihatkan bakatku. Seperti mendapatkan nilai kedua tertinggi dikelas dalam bidang olahraga.
Terus terang aku tidak menceritakan itu pada kedua orang tuaku. Tetapi guru olahragaku menceritakan hal itu kepada kedua orang tuaku. Memang orang tuaku cukup bangga dengan hal tersebut, tetapi tetap tidak puas.
Karna bagi mereka, Akademik adalah hal yang lebih penting. Sedangkan akademik adalah bidang yang tidak bisa aku kuasai. Akhirnya orang tuaku sering tidak memperhatikanku seperti adik – adikku yang lain.
Tidak Pernah Didengar
Sebagai seorang bocah, tentu saja membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Tetapi nilai akademik yang buruk membuat aku tidak bisa menikmati kasih sayang dan perhatian tersebut.
Seringkali diabaikan oleh kedua orang tuaku, Cerita – ceritaku tidak didengar oleh kedua orang tuaku. Mereka menghentikan ceritaku dengan berkata “Sudah fokus aja pada nilai – nilai kamu”. Padahal aku hanya ingin orang tuaku mendengar cerita – ceritaku.
![]() |
Sering Bengong Diberbagai Tempat Untuk Memendam Perasaan Apapun |
Bahkan mereka juga tidak percaya dengan apa yang aku katakana, Walaupun itu adalah sebuah kebenaran. Hal yang berbeda akan terjadi bila adik – adikku yang melakukannya, Ketika mereka bercerita, Maka kedua orang tuaku akan mendengarkannya dengan senang hati.
Tidak jarang kedua orang tuaku juga memberikan pendapat sekaligus pandangan – pandangan mereka pada cerita adik – adikku. Disinilah mulai timbul perasaan iri dan dengki didalam hatiku, Pada adik – adikku.
Nilai Bagus Adalah Syaratnya
Selain perasaan iri dan dengki kepada adik – adikku, Aku juga berfikir bahwa cerita – ceritaku akan didengar oleh kedua orang tuaku bila sudah memenuhi syarat. Dan syarat itu adalah nilai yang bagus.
Pertanyaan berikutnya muncul, “Kapan aku bisa mendapatkan nilai yang bagus ?”. Jawabannya tentu saja jarang, bahkan hampir tidak pernah. Sebenarnya bisa saja aku bercerita pada orang tua dengan mengabaikan syarat tersebut.
Tetapi aku harus siap menghadapi konsekuensi yang cukup membuat hatiku sakit. Yaitu dicuekin atau mereka berkata “Fokus saja dengan nilai – nilaimu”. Tentu pilihan itu tidak ada yang menyenangkan hati.
Tetapi itulah pilihan yang harus aku terima bila mengabaikan syarat – syarat tersebut. Alhasil aku sering memendam apapun yang terjadi pada diriku sendirian. Hingga membuat luka yang cukup dalam dihati.
Meskipun sudah berlalu selama belasan tahun, Tetapi entah kenapa luka dari penderitaan – penderitaan dimasa kecil itu masih sangat terasa hingga hari ini. Kira – kira bagaimana cara menyembuhkannya ?
No comments:
Post a Comment