Monday 25 January 2021

Tidak Ada Dendam, Hanya Sedikit Kecewa

Semua kenangan buruk yang aku ceritakan pada artikel sebelumnya, Tetap tidak membuat aku dendam pada orang tuaku. Aku tetap menyayangi mereka, Karena paksaan mereka saat itu sebenarnya untuk kebaikan diriku sendiri. Hanya saja aku memang tidak bisa memenuhi apa yang menjadi harapanku.

Tetapi kenangan – kenangan itu sangat mempengaruhi hidupku hingga saat ini. Rasa minder itu terkadang hadir didalam hati dan pikiranku. Terkadang aku memang bisa mengatasi rasa minder tersebut, Tetapi terkadang aku yang malah ditaklukan oleh perasaan itu. Dan aku juga bersyukur bahwa kedua orang tuaku masih hidup sampai sekarang.

Sebuah anugrah yang tidak bisa dibeli dengan uang. Saat ini aku hanya menyayangkan kenapa oang tuaku hany terfokus pada hal – hal yang tidak mungkin aku kuasai. Sebenarnya aku memiliki bakat dibidang olahraga, Tetapi orang tuaku sama sekali tidak peduli dengan kelebihanku dibidang olahraga.

Inilah Salah Satu Hal Yang Aku Sukai Saat Ini, Snorkeling

Ketika mengetahui nilaiku diatas rata – rata dibidang olahraga orang tuaku hanya berkata “oh… bagus” sambil menatapku lalu kembali membahas pelajaran – pelajaran yang tidak bisa aku kuasai. Memang espektasi dan harapan orang tuaku di pelajaran – pejalaran lain tidak tinggi. Hanya berharap nilaiku cukup untuk naik kelas, Lalu beres semua masalah.

Tetapi hal itu tetap saja sulit bagiku, Jadi bisa dibayangkan betapa tidak berharganya diriku ketika masih SD dan SMP. Bodoh, tidak nyambung diajak bicara, dan kodisi ekonomi orang tua yang tidak mendukung. Tidak heran apabila teman – temanku sering mengabaikan aku ketika sedang bermain atau mengerjakan tugas kelompok.

Alhamdulillah, Biarpun begitu aku tetap mendapatkan perhatian dari orang tuaku. Meskipun perhatian itu hanya sekitar tentang nilai – nilai pelajaran yang kurang. Saat masih SD dan SMP aku sering di sidang karena nilai – nilaiku yang kurang. Pertanyaannya selalu sama “Kenapa kamu hanya dapat nilai segini ?”.

Dan jawabanku selalu sama “Kurang Teliti”, Setelah itu aku selalu mendengarkan ocehan demi ocehan dari orang tuaku. Ketika keduanya sedang bicara, sering kali pikiranku melayang entah kemana alias bengong. Selain karena ocehan yang selalu sama, Hal ini juga disebabkan karena hasrat dan keinginanku untuk bermain dirampas.

Perasaan Itu Terkadang Muncul


Bagiku tidak masalah apabila aku dilarang bermain dengan teman – teman sebayaku di lingkungan rumah. Karena memang sepertinya mereka memberikan aku pengaruh yang buruk. Tetapi setidaknya belikanlah aku mainan seperti mobil – mobilan atau semacamnya. Orang tuaku benar – benar tidak memberikan aku celah untuk bermain.

Masa kecilku lebih banyak dihabiskan dengan belajar dan belajar, Tetapi hal itu tidak juga membuat aku menjadi lebih pintar diantara yang lain. hal inilah yang membuat aku sering merasa kesal, Karena waktu hidupku terbuang begitu saja. Dan mungkin karena ini jugalah saat ini aku jadi lebih suka bersantai dibandingkan bekerja.


Friday 22 January 2021

Kenangan Buruk Itu Muncul Lagi Pagi Ini

Dipagi hari yang matahari saja masih terlihat malu – malu dan udara yang masih segar ini, Entah kenapa aku malah mengingat sesuatu yang tidak enak untuk diingat. Sebuah kenangan yang membangkitkan emosi dan amarah. Setan – setanpun membisiki ku hal – hal yang buruk ketika kenangan itu muncul diingatanku.

Sebenarnya ini adalah kisah yang sudah sangat lama terjadi. Tepatnya ketika aku masih duduk dibangku SD hingga SMP. Saat masih SD aku memang tidak menonjol, bahkan bisa dibilang tidak masuk dalam hitungan. Aku hanya sebagai pelengkap, Jadi ada atau tidaknya diriku tidak akan menjadi masalah.

Tetapi aku tetap bersyukur karena faktanya aku masih bisa bersekolah tanpa harus memikirkan bayaran sekolah. Aku sekolah di salah satu sekolah swasta di Jakarta. Sekolah itu tergolong sekolah kelas atas, Karena mayoritas siswanya diisi oleh anak orang kaya. Hanya beberapa diantara mereka yang dari latar belakang orang biasa.

Kenangan Itu Muncul Bagai Singa Yang Menerkam Mangsa


Dan aku merupakan salah satu orang dari latar belakang biasa yang bisa bersekolah disitu. Jadi wajar apabila aku sering kali diabaikan oleh mereka. Terkadang aku tidak terlalu nyambung dengan apa yang mereka bicarakan. Apalagi ketika mereka sedang membicarakan tentang sebuah Game dari salah satu console game.

Jelas aku tidak mengerti dengan obrolan mereka, Karena orang tuaku tidak memiliki uang yang cukup untuk membeli console game tersebut. Lalu contoh lainnya adalah ketika mereka membicarakan masalah mengisi waktu liburan sekolah. Mereka mengisi waktu liburan ke tempat – tempat yang menurutku sangat mewah.

Lagi – lagi aku tidak nyambung dengan apa yang mereka bicarakan ketika membahas tentang waktu liburan yang mereka habiskan. Tak jarang aku hanya diam dan mendengarkan salah satu temanku bicara. Aku sudah meminta orang tuaku untuk membelikan aku console game atau mungkin sekedar pergi kesuatu tempat.

Tapi saat itu kondisi ekonomi orang tuaku tidak memungkinkan diriku untuk memenuhi keinginanku. Hal inilah yang membuatku menjadi seorang pendiam dan pemalu ketika disekolah. Padahal aku jelas bukanlah orang yang seperti ini. Aku memilih untuk menjadi pendiam karena aku malu dengan cerita – cerita yang aku punya.

Aku berangkat sekolah naik bus umum sementara mereka naik mobil pribadi lengkap dengan supirnya. Jelas pendiamku disini lebih disebabkan oleh rasa minder terhadap teman – temanku. Tetapi aku masih bersyukur karena bisa merasakan bangku sekolah. Hal ini terus menerus aku rasakan dari SD sampai dengan SMP.

Menahan Semua Itu Sekuat Mungkin


Tidak hanya disekolah, Penderitaanku ketika masih kecil juga aku rasakan ketika berada dirumah. Aku lebih banyak dipaksa orang tuaku untuk mengerti pelajaran ini dan itu. Aku berusaha semampuku untuk mengerti semua pelajaran itu, Tetapi sekeras apapun aku belajar hasilnya akan selalu sama.

Dan yang paling menyakitkan adalah ketika mendengar suara teman – teman sebayaku yang sedang tertawa menikmati permainan. Sementara aku tidak bisa ikut bermain bersama mereka, Karena aku harus belajar dan mengerti semua pelajaran yang perintahkan orang tua. Menyedihkan sekali, Masa – masa kecilku saat itu.

Memori ini terus menerus terkenang diingatanku. Dan setiap kenangan itu muncul, Emosiku seperti tidak terkendali. Lalu aku bingung harus berbuat apa, Satu – satunya hal yang bisa aku lakukan saat ini adalah menulis di blog yang sederhana ini. Alhamdulillah, Setelah menulis ini semua emosiku menjadi lebih tenang. Terima Kasih buat kalian yang sudah bersedia membaca.