Monday, 27 October 2025

Luka Lama Yang Tak Kunjung Sembuh

Seperti yang pernah saya bahas sebelumnya tentang alasan yang kuat untuk memotivasi diri sendiri. Bagi saya alasan yang kuat Adalah bahan bakar agar saya mau bersedia untuk melakukan sesuatu dengan sepenuh hati.

Tetapi entah apa penyebabnya alasan kuat itu belum juga saya temukan. Apa yang sebenarnya harus saya lakukan ? Saya sudah mencoba memikirkan apa yang sebenarnya ingin saya lakukan. Tetapi ternyata itu belum juga cukup memberikan motivasi yang kuat.

Seiring Berjalannya Waktu Luka Itu Tetap  Ada Dan Tak Kunjung Sembuh

Memang kebanyakan orang mungkin tidak menyadari hal ini. Tetapi menurut saya, Ada beberapa orang yang mungkin berjalan sambil membawa luka dan perang batin. Ini memang tidak terlihat, Karna dari luar mereka mungkin terlihat biasa – biasa saja.

Tetapi didalamnya dia menyimpan kelelahan, amarah, dan kekecewaan yang tidak pernah terucap. Saya bisa berpendapat seperti ini karna saya sedang merasakannya sendiri. Hal ini benar – benar membebani hati dan pikiran saya.

Kalo boleh jujur sebenarnya saya hanya butuh kehadiran sederhana atau sikap yang penuh empati untuk membuat hati saya Kembali kuat. Tetapi siapa yang akan peduli ? Tentu saja tidak ada, Itulah sebabnya saya terus berjuang setiap hari untuk menguatkan hati ini.

Hanya Terfokus Pada Hasil Akademik

Dari kecil saya sudah sangat menderita karna tekanan dari orang tua saya. Hal itu karna tidak memiliki kepintaran yang cukup untuk mendapatkan nilai yang bagus. Jadi orang tua saya selalu menekan saya secara terus menerus agar nilai saya membaik.

Tetapi sepertinya usaha itu percuma, Nilai saya tidak juga berubah kearah yang lebih baik. Hal itu membuat tekanan menjadi bertambah. Hidup saya saat kecil hanya terfokus pada Pelajaran – Pelajaran akademik disekolah.

Saat Itu Aku Merasa Seperti Nobita Tanpa Doraemon

Selain itu maka dianggap tidak penting, Jadi suka tidak suka saya harus terus belajar dan belajar. Saya yang saat itu masih kecil pun menangis karna sudah kelelahan, Tetapi orang tua tetap tidak berhenti memberikan tekanan hingga PR itu selesai dikerjakan.

Orang tua saya bahkan tidak benar – benar peduli dengan Kesehatan saya. Pernah suatu ketika saya demam dan tidak berdaya. Bukannya khawatir dengan diri saya, Orang tua saya malah menyatakan “Kamu jangan sakit dong, Besok kan sekolah

Memang perkataan itu dilontarkan dengan nada yang halus sekaligus lirih, Tetapi kenapa harus menyebut sekolah ? Kenapa tidak bertanya “Apa yang harus ibu lakukan agar kamu bisa merasa lebih baik ?

Peristiwa – peristiwa ini terjadi berulang secara terus menerus setiap aku sakit. Hal ini membuat saya berfikir bahwa mereka sama sekali tidak peduli pada diri saya. Dan yang mereka pedulikan hanyalah nilai – nilai akademik yang saya dapatkan dibandingkan Kesehatan.

Sosok Sabo Yang Masa Kecilnya Juga Penuh Paksaan

Tentu saja nilai – nilai saya sama sekali tidak menunjukkan perbaikan. Hasilnya, Saya terus menerus ditekan dan ditekan untuk belajar. Akhirnya saya yang saat itu masih kecil menjadi stress. Padahal menurut saya seorang anak harusnya bermain dan bersenang – senang.

Melalui kegiatan itulah seorang anak akan belajar banyak hal. Tetapi orang tua saya tetap tidak peduli, Baginya nilai – nilai akademik Adalah segalanya. Jadi bila saya tidak bisa meningkatkan nilai akademik, Maka saya akan kehilangan segalanya.

Selalu Ditempatkan Diposisi Tidak Enak

Sebagai anak laki – laki dan pertama dikeluarga, Saya tentu memiliki beban moral tersendiri. Mungkin hal itu jugalah yang membuat orang tua saya memberikan tekanan pada saya. Saya juga memiliki 2 adik Perempuan.

Kebetulan kedua adik saya memiliki kepintaran dibidang akademik, Berbanding terbalik dengan saya. Otomatis kasih sayang dan perhatian orang tua saya akan lebih banyak dicurahkan pada kedua adik saya.

Vinsmoke Sanji Juga Memiliki Kenangan Buruk Saat Masih Kecil

Tetapi bagi saya itu bukanlah sebuah masalah, Saya justru senang bila kedua adik saya memiliki nilai akademik diatas saya. Walaupun hal itu tentu membuat tekanan saya bertambah, Dan kasih sayang orang tua kepada saya berkurang.

Tetapi justru itulah yang menjadi alasan dan energi saya dalam menjalani tekanan – tekanan tersebut. Saya harus terus berusaha untuk berusaha agar bisa membuat orang tua saya bangga kepada saya. Dan saya pun akan disayang seperti kedua adik saya.

Tetapi sayangnya, Otak saya tidak bisa membuat nilai – nilai akademik saya membaik. Dan malah tidak ada perubahan, Bahkan beberapa nilai - nilai saya memburuk. Tentu hal ini membuat saya semakin tertekan dan frustasi.

Perasaan tidak dihargai dan disingkirkan oleh orang tua sendiri tentu sudah jadi makanan sehari – hari. Hal itu tercermin dari bagaimana kedua orang tua saya memperlakukan saya dengan lebih banyak memposisikan saya diposisi yang tidak menyenangkan.

Boro - Boro Prestasi, Bisa Waras Aja Udah Bersyukur

Awalnya saya mengerti dan mencoba berfikir positif, Karna saya Adalah anak pertama dan laki – laki satu – satunya dari keluarga ini. Tetapi lama kelamaan saya pun bosan diperlakukan seperti itu dan mulai mengabaikannya.

Seperti membantu orang tua untuk menyapu halaman luar, Sedangkan adik – adik saya hanya bersantai didalam kamar. Selain itu saya juga sering disuruh untuk mengalah pada pilihan – pilihan yang menurut saya enak.

Dari sinilah timbul rasa kebencian dan kedengkian didalam hati saya kepada adik – adik saya. Seiring berjalannya waktu, Hal ini membuat saya tidak akrab dengan adik – adik saya. Dan sekarang hal inilah yang menjadi penyesalan didalam hidup saya.

Sebenarnya adik – adik saya tidak salah, Karna mereka bertindak dan mengambil Keputusan berdasarkan naluri sebagai anak kecil. Begitu juga dengan saya, Hanya saja saat itu hati dan pikiran saya yang masih kecil itu belum bisa mengerti hal – hal tersebut.

Menilai Tanpa Melihat Usaha

Sebenarnya saya bukanlah seorang bocah yang bodoh, Hanya saja memang kelemahan saya Adalah belajar disekolah formal. Saya dianugrahi tubuh yang sehat, kuat, tangkas, dan lari yang cukup cepat.

Ayahnya saya pernah bercerita bahwa saat kecil saya sudah bisa berjalan dalam usia kurang dari 1 tahun. Hal ini juga dibuktikan bahwa dalam bidang olahraga saya sangatlah menonjol dan tentu saja nilai saya diatas rata – rata.

Mencoba Untuk Terus Melupakan Masa Lalu Dan Memaafkan Diri Sendiri

Sebagai bukti, Saat masih kelas 6 SD saya pernah mendapatkan nilai kedua terbaik dalam pengambilan nilai salto. Lalu saat SMP saya juga pernah meraih poin kedua tertinggi dalam memasukkan bola ke gawang.

Tentu saja prestasi – prestasi itu belum cukup untuk membahagiakan kedua orang tua saya. Bahkan mereka menganggap prestasi – prestasi itu tidak pernah ada. Karna bagi mereka mata Pelajaran matematika, IPA, dan IPS lebih penting.

Sebenarnya ada banyak pengorbanan yang sudah saya lakukan untuk meningkatkan nilai – nilai akademik saya. Diantaranya Adalah mengurangi waktu bermain dan menonton TV. Dimana itu merupakan kegiatan favorit bagi saya atau mungkin kebanyakan anak kecil.

Tetap Fokus Dengan Apa Yang Ada Didepan Mata

Tetapi karna hasil yang tidak memuaskan, Maka pengorbanan itu menjadi sia – sia. Dan hanya menyisahakn tekanan demi tekanan. Pernah suatu kali ada seorang teman saya mengajak saya bermain bersama.

Tetapi ajakan itu langsung ditolak oleh orang tua saya karna saya harus lebih banyak belajar. Dan yang menyedihkan Adalah ternyata teman saya itu bermain didekat rumah saya. Jadi saya mendengar suara tertawa dan sendagurau mereka.

Sementara saya hanya fokus dengan apa yang ada didepan mata, Yaitu lebaran soal – soal Pelajaran yang harus saya jawab dengan benar. Saya masih ingat betul bagaimana hati saya menahan rasa sakit yang mendalam itu.